TA’ARUF DENGAN KONSEP RUMAH ISLAMI KUY…



Bismillaah,

Imam Ibnu Hibban dalam kitab Sahih-nya meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasulullaah SAW bersabda :

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ

Artinya :
“Ada empat sumber kebahagiaan seseorang, yaitu istri sholehah, rumah yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman.”

(HR. Ibnu Hibban dalam Al Mawarid, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al Jami’us Shahih, dan Asy-Syaikh Al Albani dalam silsilah Al Ahadist As Shahihah no. 282)

Dalam memaknai “rumah yang luas” bisa dalam pengertian zhahir maupun bathin. Pemaknaan “Luas” secara zhahir bagi setiap orang tidaklah sama, namun “Luas” secara bathin hampir bisa dipastikan semua berkaitan dengan rasa nyaman di hati (qolbu).

Islam adalah agama yang sempurna, bahkan sampai tata letak ruang (arsitektur) rumah pun diatur secara detail. Rumah yang syar’i haruslah memperhatikan beberapa kaedah diantaranya adalah :

Terhindar dari kesyirikan

Hal utama yang harus diperhatikan dalam membangun hunian yang sesuai syariat adalah menjauhi kesyirikan mulai dari proses perencanaan, pembuatan dan pemilihan barang / perabot / ornamen penghias. Tidak ikut-ikutan mempercayai keyakinan tertentu yang berpendapat apabila rumah mengarah ke mata angina tertentu akan sial, juga aktivitas tertentu untuk tolak bala, atau juga pemasangan patung sebagai hiasan, karena hal ini bertentangan dengan ajaran Islam.

TIDAK Berlebihan
Desain rumah hendaknya tidak ditujukan untuk menunjukkan status sosial seseorang (kedudukan atau jabatan). Indah tapi tidak berlebihan atau glamour. Ramah terhadap lingkungan dan hubungan dengan tetangga terjaga dengan baik.

Pagar Rumah
Dinding atau pagar sebaiknya tidak terlalu tinggi, sehingga membuat rumah terlingkupi dan terkesan sebagai benteng yang memutuskan hubungan dengan tetangga.


Konsep ruang

Memaknai rumah luas bukan hanya sebatas tanah/lahan yang dimiliki, namun lebih kepada fungsi dari ruang yang ada. Minimal ada 4 ruang yang dalam rumah, yaitu :

1 ruangan untuk orang tua (Abi & Umi)
1 ruangan untuk anak laki-laki
1 ruangan untuk anak perempuan
1 ruangan umum untuk menerima tamu

Inilah konsep Islam dalam memisahkan privasi antara orang tua, anak laki-laki, anak perempuan dan tamu. Sebagai orang tua harus membiasakan anak-anaknnya untuk mengucapkan salam sebelum memasuki ruang kamar yang lain terutama dalam 3 waktu yaitu waktu isya, waktu subuh dan waktu siang.

Ruang tamu hendaknya tidak bersambung dengan ruang keluarga dan ruang – ruang lain dalam rumah sehingga aktivitas penghuni tidak bisa diketahui oleh tamu. Ruang tamu harus benar-benar dirancang supaya penghuni tidak merasa terganggu aktifitasnya dengan kedatangan tamu.

Minimalkan hiasan patung atau gambar
Sebaiknya meminimalkan hiasan berupa patung dan gambar manusia atau binatang akan menghalangi malaikat Rahmat untuk masuk kedalam rumah.

Sediakan Mushollah
Sediakan sebuah ruang untuk tempat beribadah (mushola, untuk salat – salat sunnah) sekaligus sebagai tempat pembinaan bagi seluruh anggota keluarga. Ruang yang akan memberi ruh dan sumber cahaya ilahi bagi keluarga.

Halangi pandangan tamu untuk melihat langsung ke dalam rumah

Dalam Islam menjaga aurat adalah kewajiban, seringkali di dalam rumah anggota keluarga tidak menutup aurat dengan sempurna, sehingga perlu menghalangi pandangan tamu atau tetangga langsung ke dalam rumah. Pintu dan jendela sebaiknya tidak menghadap langsung ke dalam rumah. Atau dapat disiasati dengan memasang tirai/hijab yang memisahkan antara ruang tamu dengan ruang dalam (pribadi).

Pintu utama dan teras usahakan tidak diletakkan secara tegak lurus dengan ruang tamu. Sebaiknya disamping rumah. Hal ini dimaksudkan agar ketika tuan rumah membuka pintu, seorang tamu tidak langsung melihat isi rumah melainkan hanya sebagian kecil. Selain itu desain juga menjaga agar ketika ada seorang tamu dan tuan rumah dalam keadaan tidak siap menerima tamu (tidak berjilbab), aurat tuan rumah akan tetap terjaga. Hal ini juga menjaga dari pandangan orang iseng yang sambil lewat melonggok kedalam rumah.

Pintu Samping
Diusahakan rumah tidak berdempetan di kedua sisinya ,itu untuk menjaga tetap terjaganya aktifitas keluarga jika ada tamu keluarga lain bisa menggunakan pintu belakang dan tidak harus melewati ruang tamu


Tidak membuat toilet menghadap atau membelakangi kiblat

Hal ini sesuai dengan tuntunan junjungan kita, Rasulullaah SAW.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ الْمِصْرِيُّ أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ جَزْءٍ الزُّبَيْدِيَّ يَقُولُ أَنَا أَوَّلُ مَنْ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ حَدَّثَ النَّاسَ بِذَلِكَ

Artinya :
“Janganlah salah seorang dari kalian buang air kecil dengan menghadap ke arah Kiblat. Dan akulah orang yg pertama kali menyampaikan hadits ini kepada orang-orang.” [HR. ibnumajah]

 Letak toilet sebaiknya tidak menghadap kiblat, usahakan menghadap utara atau selatan.


Design kamar mandi sekaligus ruang ganti pakaian

Islam sangat menjaga kehormatan. Islam mengajak pemeluknya menutup aurot. Oleh karena itu, sering kita dapati kamar mandi yang tidak dilengkapi peralatan ganti baju membuat pemakainya atau anggota keluarga yang mandi keluar dalam keadaan belum tertutup aurotnya secara sempurna, misalnya keluar kamar mandi masih mengenakan handuk. Kalau kebetulan yang melihat masih anggota keluarga tidak terlalu bermasalah, namun jika yang melihat tamu, tentu ini akan menimbulkan fitnah.


Demikianlah Islam mengatur sampai sedetail itu terkait hunian, dengan tujuan hunian yang kita miliki menjadi kendaraan kita untuk meraih ridho dan keberkahan Allaah azza wa jalla di dunia pun juga kala dihisab kelak…


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TA’ARUF DENGAN KONSEP RUMAH ISLAMI KUY…"

Posting Komentar